Novel Cinta (Sinopsis)

CoupL(ov)e by Rhein Fathia

Judul: CoupL(ov)e
Penulis: Rhein Fathia
Penerbit: Bentang Pustaka, 2013
Tebal: 396 hlm.
ISBN: 9786027888128

Sinopsis:
Kau tahu, kenapa orang menikah selalu mendapat ucapan “Selamat Menempuh Hidup Baru”?

Karena mereka harus meninggalkan orang-orang yang pernah mereka cintai di masa lalu.

Perjanjian konyol itu merusak semua cita dan anganku. Sungguh, tak pernah aku bermimpi akan bersanding denganmu di pelaminan. Ditambah lagi menghabiskan hidup hingga tua bersamamu.

Bagiku, kau tidak lebih dari sekadar sahabat yang sangat baik, yang setia menjadi pendengar kisah suka dukaku, yang punya bahu kuat untuk kusandarkan kepalaku dengan mata sembab karena tangis, dan yang selalu menjadi penyemangat untukku jalani hidup.

Haruskah aku seorang Halya menyerah pada fakta? Seperti katamu, sahabatku Raka.... Komitmen itu seharusnya dipertahankan, bukan dilepaskan. Tapi yakinkah juga dirimu, kita akan sanggup bertahan?

Cerita tentang sahabat jadi kekasih mungkin sudah tak asing bagi pembaca. Tapi bagaimana dengan sahabat yang saling menikah namun tanpa cinta? Hmm. Kayaknya yang ini belum banyak yang nulis ya? CoupL(ov)e berkisah tentang Raka dan Halya yang sudah bersahabat sejak kelas 2 SMA. Pertemanan mereka diawali ketika menjadi partner lab, dan sejak saat itu mereka tak terpisahkan. Hingga masuk ke bangku kuliah, mereka masih bersahabat. Untuk urusan asmara, Raka dan Halya pun menjalaninya dengan pasangan masing-masing.

Di usia 30, Raka dan Halya berada dalam kondisi di mana mereka sama-sama tak memiliki pasangan. Raka pernah mengusulkan untuk menikahi Halya apabila di usia tersebut mereka belum punya calon suami/istri. Halya setuju, dan pernikahan pun dilaksanakan meski keduanya tak saling mencintai seperti layaknya sepasang kekasih. Mereka sepakat untuk membiarkan segalanya mengalir sambil tetap menjaga privasi masing-masing. Raka tak akan memaksa Halya untuk melakukan hubungan suami-istri. Mereka juga tak tidur seranjang. Meski demikian, Raka tetaplah seorang lelaki. Ia pernah berusaha menggoda sahabatnya itu, tapi sepertinya Halya belum siap. :">

Kehidupan terus berjalan. Halya sebenarnya tak ingin selamanya menjaga jarak dengan Raka. Halya berusaha menjaga keutuhan rumah tangganya hingga kelak mereka saling jatuh cinta dan bisa melakukan aktivitas suami-istri pada umumnya. Tapi usaha Halya dan Raka harus menghadai cobaan ketika cinta masa lalu membayangi mereka. Rina, orang yang amat Raka cintai, hadir dalam rumah sepasang sahabat tersebut. Bagaimanapun, ada rasa tak suka dalam diri Halya. Hanya saja... bagaimana ia dapat menunjukkan ketidaksukaannya atas kehadiran Rina apabila ia sendiri masih memikirkan Gilang? Wait, siapa Gilang?

Sebagai pembaca, saya langsung mencap buruk Rina dan Gilang sebagai penghalang kebahagiaan rumah tangga Halya dan Raka. Tapi penulis punya ide jitu agar pembaca tak buru-buru men-judge mereka. Penulis membawa pembaca terbang ke masa lalu, dimulai sejak masa kuliah Raka dan Halya, hingga saat mereka bertemu dengan pujaan hati masing-masing. Oke, saya akan stop sampai di situ saja ya. Intinya, penulis mengajak pembaca untuk mengetahui kisah masa lalu yang kelak akan menghantui kehidupan pernikahan mereka di masa depan. Bagaimana akhir kisah Raka dan Halya? Dapatkah mereka menumbuhkan perasaan cinta terhadap satu sama lain? Atau mereka akan menyerah dan memilih cinta masa lalu? Baca sendiri novelnya ya. :)

Novel ini banyak direkomendasikan oleh teman-teman saya, khususnya si Kucing yang sukaaa banget sama novel ini. Sudah lama saya kepingin punya novel ini dan akhirnya kesampaian juga saat novel bercover cantik ini menjadi kado arisan ulang tahun dari anak-anak BBI Joglosemar. Thanks guys! (Dan maaf karena ujung-ujungnya novel ini ditimbun juga, hehe. *dicubit*)

Perasaan saya sewaktu membaca novel ini campur aduk. Secara umum saya menyukai gaya bercerita penulis yang rapi dan runut. Ide ceritanya tidak biasa. Saya juga dibuat penasaran oleh bagaimana cara penulis mengakhiri novel ini. Sayangnya, saya kurang menyukai beberapa tokoh di dalamnya. Raka dan Halya, misalnya. Padahal awalnya saya cukup menyukai keduanya terutama interaksi mereka di awal-awal pernikahan mereka. Tapi makin ke belakang saya jadi kurang bersimpati terhadap mereka. Sebagai suami, Raka terlalu mudah goyah—seolah memberi kesempatan kepada cinta masa lalunya. Sementara Halya, saya menyayangkan sikapnya yang menyerah begitu saja. Saya akan jauh lebih menyukai gadis itu bila ia bersikap tegas terhadap Rina. Tapi ternyata penulis ingin mengindari drama dan memilih nenampilkan Halya sebagai sosok wanita berhati mulia... Hanya saja, tokoh yang terlalu baik itu malah membosankan loh, setidaknya buat saya.

Setelah membaca cerita masa lalu Rina, terutama ketika penulis bercerita dari sudut pandang wanita itu, saya jadi jatuh kasihan kepadanya. Saya sempat menyesal karena terlalu membenci Rina di awal cerita. Tapi kemudian penulis kembali membuat Rina menjadi tokoh yang menjengkelkan (duh!). Tokoh Gilang... so sweet sebenernya. Tapi dari sudut pandang saya, tokoh Gilang agak sedikit berlebihan dalam menunjukkan perasaannya ke Halya. Jadinya terkesan gombal. Maaf lho buat #TeamGilang.

Untunglah ada tokoh yang saya sukai di novel ini, mereka adalah Gamma dan Puput. Saya sangat menyukai bagaimana mereka dapat berpikir logis (khususnya Puput) terhadap masalah yang dihadapi sahabat-sahabat mereka. Interaksi Puput dan Gamma juga menarik untuk disimak. Gamma yang terkadang lucu dan Puput yang agak jutek serta drama queen. Dua tokoh ini benar-benar mencuri perhatian saya sampai-sampai saya berhadap keduanya menjadi tokoh utama di novel Rhein Fathia berikutnya. ;)

Bagian awal novel ini sangat menarik. Alurnya cukup terjaga dengan baik. Akan tetapi, saat cerita mundur ke masa lalu, saya merasa alurnya jadi lambat banget. Dan entah mengapa saya merasa banyak adegan yang tak terlalu penting dalam buku ini. Saya sampai harus menahan keinginan untuk men-skip banyak halaman. Tapi saya tidak melakukannya. Saya memang tipe pembaca yang pantang men-skip halaman dalam setiap novel yang saya baca, meski itu bisa dibilang menyiksa diri sendiri (oh my... saya memang masokis! #PLAKS).

Sejujurnya, saya berusaha untuk bisa lebih menyukai novel ini karena sebagian besar teman-teman saya sangat menyukainya dan bahkan memberi 4 hingga 5 bintang. Tapi entah mengapa saya tidak. Ada saja bagian-bagian dari buku ini yang menganjal. Saya jadi berpikir, jangan-jangan ada yang salah dengan saya? Jangan-jangan sewaktu membaca novel ini mood saya sedang tidak baik? (Nggak kok, saya nggak PMS kayak Halya. Haha. Soalnya kata PMS sering banget diulang di novel ini, terutama untuk menegaskan sikap Halya saat mood-nya sedang jelek.)

Secara keseluruhan, novel ini ditulis dengan rapi. Perpaduan alur maju dan mundur di novel ini membantu pembaca memahami apa sebenarnya yang menyebabkan Halya dan Raka memutuskan untuk menikah. Penulis juga menyisipkan twist keren dalam novel ini (meskipun saya sudah bisa menebaknya sejak awal sih, hehe). Melalui novel ini, pembaca dapat menemukan beberapa tips penting seputar pernikahan—lumayan buat memberikan gambaran bagi pembaca yang belum menikah atau akan segera menikah. Bila kalian mencari bacaan yang berbeda dengan yang lain, CoupL(ov)e bisa dijadikan pilihan.

Menikah dengan sahabat sendiri? Kenapa tidak? :)


*sumber
http://www.kandangbaca.com/2014/09/couplove-by-rhein-fathia.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Analogi Menurut Wayne O. Attoe

HUTAN KOTA KOMPLEK KOPASSUS CIJANTUNG

TUGAS KONSERVASI ARSITEKTUR